Senin, 05 Desember 2011

Contoh Cerita Pendek


Menari di Atas Laut
                Langit di desa kecil itu tampak kelabu, pertanda bahwa hujan akan segera turun membasahi daratan desa yang terletak di pesisir pantai . Hari itu adalah hari pertama Erika di sekolah barunya. Ia harus berusaha untuk beradaptasi dengan keadaan di sekolah barunya yang sangat berbeda dengan sekolah sebelumnya di kota. Di desa itu Erika tinggal bersama Paman dan Bibinya yang tidak mempunyai anak. Dia memilih tinggal di sana daripada mengikuti ibu dan ayahnya ke Maroko. Erika adalah anak tunggal, dia memilih tidak ikut orang tuanya bukan karena ia membenci orang tuanya, tapi dia hanya ingin memperoleh suasana  baru yang lebih damai dan untuk mempermudah penelitiannya tentang alam . Tempat tinggal orang tuanya di Maroko yang ramai dan penat tidak akan membuat dirinya tenang dalam menyelesaikan penelitian ilmiah.
            Di samping rumah tempat tinggal Erika, ada rumah Pak Jarot. Pak Jarot mempunyai putri bernama Ana, yang kemudian menjadi sahabat baik Erika di desa itu.
            “Sepertinya Tom tidak suka padaku,Ana?, tanya Erika ketika dia, Ana dan Fitri sedang duduk-duduk di sekitar dermaga . Tom adalah sahabat Ana, yang selalu mengemudikan perahu ketika mereka hendak ke sekolah. Tidak ada SMA di kampung itu, jadi anak-anak remaja di sana harus menyeberang ke pulau yang terletak di Utara kampung tersebut untuk bersekolah. Tidak begitu jauh, jaraknya sekitar 2 kilometer dari pantai.
            “Dia hanya tidak terbiasa denga gadis kota sepertimu, atau belum terbiasa kalau muatan kapalnya bertambah”.
            “Tidak terbiasa! Yang benar saja. Setidaknya kan dia tidak bersikap dingin padaku”
            “Sudahlah.....ayo kita pulang hari hampir senja”, kata Fitri mengakhiri pembicaraan sore itu.
            Di sekolah Erika mendapat banyak perhatian dan pujian dari Guru dan teman-temannya. Selain karena dia pintar, dia juga ramah dan berwajah manis. Banyak teman laki-lakinya di sekolah mengajaknya untuk sekedar jalan-jalan di pantai. Tapi dia menolak dengan sopan. Bel istirahat berbunyi. Erika menuju ke perpustakaan. Ana dan Fitri tidak ikut sebab ia harus membantu Bu Hani membereskan tugas-tugas poster di ruang guru.
            “Oops. Maaf, aku tidak sengaja”, Erika tidak sengaja menubruk Tom ketika hendak masuk perpustakaan. Buku-bukunya terjatuh. Tom berlalu begitu saja tanpa membantu memungut buku-bukunya. “Uuh, dasar tidak tahu sopan santun”, Erika merasa jengkel dalam hatinya. Tapi ia lalu masuk dan duduk di samping kursi Tom. Erika berusaha untuk mendekatinya.
            “Ehm.... maaf soal tadi,ya. Aku tidak sengaja”.
            “ Tidak masalah kok. Lain kali kalau jalan pakai mata!”
            Erika berusaha menahan marah dan tetap bersikap ramah
            “Ok. Oh ya, kata Ana kamu juga hobi menulis. Aku sempat membaca artikelmu di mading kemarin. Itu bagus. Kita memang harus menjaga kelestarian alam dan seisinya, untu kehidupan kita di......”. Erika belum sempat menyelesaikan perkataannya, Tom langsung memotong.
            “langsung saja, apa maksud kamu?”
            “oh, kebetulan aku sedang menulis karya ilmiah tentang alam juga. Jadi mungkin kamu bisa membantuku atau memberi sedikit masukan pada hasil karyaku”
            “Tidak perlu kok, kamu ini kan pintar. Dari kota lagi, kamu tdak butuh bantuan dari anak desa sepertiku.”
            Erika tidak bisa menahan emosi lagi. “ oh, begitu ya... kamu ini tidak bisa apa bersikap lebih ramah lagi...aku bermaksud baik. Ya sudah kalau begitu aku juga tidak mau menerima bantuan dari orang seperti kamu” . Hussh... suara anak-anak lain memperingatkan mereka berdua untuk tidak ribut. Erika meninggalkan Tom dengan kesal.
            Hari itu Erika tinggal di sekolah sampai sore untuk mengerjakan penelitiannya. Ana, Fitri dan Tom pulang lebih dahulu. Sore harinya, ketika Erika menunggui perahu untuk ditumpangi menyeberang ke desa. Ia bertemu Tom yang juga ingin pulang dari latihan sepak bola. Entah apa yang ada di pikiran Tom saat itu,sehingga dia mengajak Erika untuk naik perahunya. Erika yang memang dari tadi cemas menunggu perahu itu naik tanpa menyapa Tom. Perjalanan sore itu sepi dan kaku tanpa suara sedikitpun yang keluar dari mulut mereka berdua. Setibanya mereka di pantai, Erika segera turun dan naik ke tempat pelabuhan kecil  yang terbuat dari papan. Sementara Tom mengikatkan perahunya pada salah satu tiang
            “Trimah kasih ya atas tumpangannya”,kata Erika memulai
            “Baguslah kalau kamu tahu terimah kasih”, kata Tom dengan suara yang agak angkuh.
            “ Kamu ini sebenarnya kenapa, Tom. Kalau kamu tidak suka denganku katakan yang sejujurnya. Lagi pula aku tidak pernah minta tumpangan !”
            “Lalu kenapa kamu naik, dan selalu saja berusaha bersikap baik. Kamu menarik semua perhatian guru dan teman-teman di sekolah. Termasuk sahabat-sahabatku.
            “ Asal kamu tahu saja,ya .Saya tidak pernah berusaha menarik perhatian mereka. Mereka sendiri yang baik padaku. Itu karena aku ramah. Tidak seperti kamu yang dingin dan sombong.” Erika sangat marah. Begitu juga dengan Tom. Pertengkaran hebat pun terjadi sore itu. Untung saja tidak ada orang di sana,karena sore itu cuaca memang tidak baik.
            “ Kamu jangan sembarangan menilai orang ,Erika. Kamu datang dari kota, bersikap manis, tapi sayang kau membawa kerusakan . Mengapa orang tua kamu membangun pabrik di sini. Itu dapat mencemari  desa kami.”
            “oh jadi karena itu. Aku dan orang tuaku bagaikan monster. Dan kamu adalah pahlawan penyelamt desa. Tapi sayang . Kmu pahlawan kesiangan. Kamu jangan sembarangan menuduh. Orang tuaku punya maksud baik membangun pabrik itu. Sebagian warga Desa juga menyetujuinya. Dan ini demi kemajuan desa ini. Pabrik itu menyediakan lapangan kerja.Kamu tidak mau kalau desa kita ini lebih maju. Atau kamu ingin terus menjadi manusia primitif  dan terbelakang.         
“ oh, desa kita. Jadi sekarang kamu mengaku orang desa ini, hanya karena kamu tinggal di rumah pamanmu yang merupakan tokoh masyarakt di sini. Kamu tidak tahu bagaimana perjuangan orang disini untuk mempertahankan kelestarian desanya. Malah kamu dan keluargamu datang membawa hal yang mengancam kelestarian desa kami. Kamu tidak berpikir apa akibatnya ya!”
Tanpa di sadari pertengkaran itu membuat Erika semakin mundur ke belakang karena terdesak oleh Tom.
            “ Kamu tidak rasional. “ Erika tidak bisa lagi menahan amarahnya. Dia mengangkat tangan dan hendak menampar Tom dengan maksud memberi pelajaran, tapi Tom menahan tangan Erika dan menghempaskannya. Karena jarak yang terlalu dekat dengan tangga. Kaki Erika pun terpeleset. Erika tercebur ke laut. Tom sempat kaget tapi dia tidak mengindahkannya dan segera berlalu meninggalkan Erika dengan perasaan yang marah dan keget. Dia pikir Erika dapat berenang.  Apa sih yang tidak bisa dilakukan orang kota sepertinya. Itu yang ada dipikiran Tom yang saat itu  tidak stabil.
            “Tom, tolong......aku tidak bisa.....”. Erika berusaha berteriak tapi kepalanya selalu masuk ke dalam air.” Tolong.....siapa pun di sana......tolong.......” seorang nelayan yang baru saja pulang memancing mendengar teriakan itu dan segera menolong Erika. Untunglah nelayan itu kenal dengan Paman dan Bibi Erika.
            Sore itu, hingga malam Erika tak sadarkan diri. Paman telah memanggil seorang mantri untuk memeriksa keadaannya. Ketika sadar Erika mendapati Ana dan Fitri tersenyum di sampingnya.
            “ Tenang dulu ya... Rik. Kami sudah tahu kok ceritanya. Tom sendiri yang menceritakannya pada kami. Dia merasa sangat bersalah. Dan dia....
            “ Aku belum siap memaafkannya. Dan jangan sampai hal ini diketahui Paman atau Bibi.”
            “Kami mengerti perasaanmu,Rik. Paman dan Bibi juga belum tahu. mereka tahunya kamu tidak sengaja terjatuh. Dan satu lagi...Tom tidak pernah bermaksud menjatuhkanmu dan Tom berharap kamu bisa memaafkannya.”Ana dan Fitri meninggalkan kamar itu. Erika terdiam dan memikirkan kata-kata sahabatnya tadi. Erika hanya bangun untuk makam malam. Dia tidak banyak bicara malam itu pada Paman atau Bibinya. Setelah itu Erika tidur kembali.
            Keesokan harinya Erika belum hadir di sekolah, karena pamannya belum mengijinkan.Dia harus istirahat dulu. Sore harinya perasaan Erika sudah membaik. Dia keluar kamar untuk mengambil laptopnya. Dia ingin segera menyelesaikan Karya Ilmiahnya. Tapi alangkah kagetnya dia, ketika dia tidak melihat laptop dan kertas-kertas penting lainnya di atas meja. Kata Bibinya laptop itu dipinjam oleh Tom, karena Tom harus menyelesaikan tugas yang sangat penting. Paman dan Bibi tentu mengisinkan, karena dia tahu kalau Tom juga suka menulis. Dan Erika sedang tidak baik kesehatannya.
            “Berani-beraninya dia meminjam tanpa izin dariku, aku juga belum memaafkannya kan?” kata Erika pada Ana dan Fitri, ketika mereka makan di kantin di hari sekolah berikutnya.”Kalau bukan karena Paman dan Bibi aku pasti sudah mengambilnya. Aku kan harus menyelesaikan pekerjaanku.”
            Hari itu spulang sekolah bukan Tom yang mengemudikan perahu, kata Anna Tom tinggal di sekolah untuk mengerjakan tugas. Sebenarnya Erika heran. Tugas apa yang dikerjakan Tom hingga harus tinggal di sekolah.
            Pagi yang cukup cerah. Erika dan sahabat berangkat ke sekolah dengan hati yang lebih riang dari sebelumnya. Namun Erika belum bisa melupakan kejadian tiga hari yang lalu. Tom juga tidak pernah muncul batang hidungnya di depan Erika untuk minta maaf secara langsung. Tapi sebenarnya bukan hanya Tom yang salah,dia juga salah. Perasaan Erika menjadi tidak menentu. Setiba di sekolah, Erika masuk lebih dahulu ke kelas. Ana dan Fitri mengurus sesuatu. Mereka berdua memang asisten setia ibu hani. Alangkah terkejutnya Erika melihat karya ilmiah di atas mejanya telah terjilid rapi. Dia langsung mengambil dan membacanya. Wah, lengkap dan sesuai. Ketika dia membuka lembar terakhir selembar kertas terselip.
            Rik, saya minta maaf setulus-tulusnya atas kejadian sore itu, aku  khilaf. Kamu benar aku memang  tidak rasional. Semestinya aku tidak egois dan harus pandai melihat mana yang baik. Kamu memang benar . aku juga minta maaf karena tidak menolongmu waktu kamu terjatuh ke laut. Aku tidak tahu kalau kamu tidk bisa berenang.. Sebagai tanda permintaan maafku, maka saya menyelesaikan karya ilmiahmu,yang sekarang mungkin telah ada di tanganmu. Mungkin tidak banyak yang bisa saya sumbangkan pada karyamu, tapi semoga karya ilmiahmu berhasil menjadi yang terbaik. Maaf,
                                                   Tomi
            Setelah membaca surat itu, Erika segara berlari keluar kelas untuk mencari Tom. Ternyata dia meminjam laptop karena ini dan ternyata yang ia kerjakan selama ini bukan tugasnya tapi karya ilmiah Erika.” Kenapa Aku tidak menyadari hal ini, dasar bodoh”. Kata Erika dalam hati
            “ Hadi, di mana Tom?”tanya Erika pada teman sebangku Tom
            “Oh dia ada di kebun sekolah. Biasa sedang berpikir. Begitulah Tom”
            Kebun sekolah yang menghadap ke laut itu menjadi saksi awal pertemanan mereka. Angin laut bertiup lembut, seakan membelai pipi orang yang merasakannya.
            “ Aku juga minta maaf, seharusnya aku tidak mengatakan kata-kata yang tidak berpendidikan seperti itu. Dan aku minta  maaf karena telah bermaksud menamparmu dan.... aku.....”
            “ Sudahlah, semua sudah selesai. Semoga hal seperti ini tidak terulang lagi.
            “Ehmm, terimah kasih untuk ini....” Erika menunjukkan karya ilmiah tersebut.
            “ Oh.... tidak masalah kok. Dan ..... sekarang......”
            “Sekarang  tentu saja bersalaman.” Mereka berdua pun  berjabat tangan dan tertawa besama untuk pertama kalinya
            Sudah seminggu sejak pertemanan Tom dan Erika. Mereka berdua semakin akrab. Apalagi banyak kesamaan di antara mereka, terutama dalam hal gagasan. Anna dan Fitri mengejek mereka sebagai pasangan yang serasi. Paman dan Bibinya pun demikian. Erika hanya tersenyum. “ Aku kan menganggapnya sebagai kakak,Bi.” Katanya. Tommy memang satu tingkat lebih tinggi kelasnya dari Erika.
            Suatu malam, di malam tahun baru, ada perayaan di kampung itu, banyak obor yang dinyalakan. Desa itupun  menjadi terang oleh cahaya obor. Malam itu Erika tidak ikut perayaan, karena ia harus ke kantor pos di pulau seberang untuk menunggu hasil kompetisi karya ilmiah yang baginya sangat mentukan sepak terjangnya di dunia menulis. Tom berjanji akan menjemputnya pada pukul 9 malam. Dalam perjalanan pulang, Erika hanya diam.” Mungkinkah dia gagal”. Pikir Tom.
            “Ehm.... aku lulus........ dan aku diterima sebagai penulis tetap di penerbitan.....” Teriak Erika mengagetkan Tom.
            “Benarkah? . sebelum tom melanjutkan kata-katnya. Erika telah berlari dari ujung perahu yang satunya dan memeluk Tom yang sedang berdiri karena kaget. Tom jadi tambah kaget dan deg-degan. Dia membelas memeluk Erika, tentu sebagai sahabat karibnya
            “ Selamat ya......aku turut senang.”
            “Ini berkat kau juga Tom, aku berutang banyak padamu....”
            “oh lupakan saja. Itu tulus kok”
            Mereka masih berpelukan di atas perahu dalam samudera suka cita dan keharuan, di atas laut dalam malam yang terang oleh cahaya obor perayaan tahun baru....... sungguh hadiah tahun baru yang terindah bagi Erika. Hati mereka bagai menari-nari di atas laut.
Akhirnya Erika menjadi penulis tetap untuk sebuah majalah remaja. Dia juga mengusulkan Tom menjadi penulis di sana. Erika mendapat banyak  penghargaan dari Kabupaten dan kecamatan atas tulisan-tulisannya yang menghimbau masyarakat  untuk melestarikan alam. Begitupula dengan Tom yang prestasinya mulai dikenal. Mereka berdua menjadi partner yang baik dalam hal menulis. Dan menjadi sahabat karib dalam kehidupan sehari-hari. Tentang perasaan. Mungkingkah ada perasaan yang timbul di antara hubungan mereka, yang melebihi sahabat. Itu hanya mereka dan Tuhan yang mengetahui....(.Jan 2010)

                                                            By :Syurawasti Muhiddin


           



           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar